13 Agustus 2024

Motif Batik Mangkunegaran

Motif Batik Mangkunegaran
K.G.P.A.A. Mangkoenagoro IX mengenakan Batik Motif Parang (Sumber: Mangkunegaran)

Tiap-tiap motif batik memiliki maksud, cara pemakaian, dan pantangannya. Kota Surakarta memiliki dua keraton setelah perjanjian Salatiga, yakni Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Meskipun berada di kota yang sama, keduanya memiliki motif batik yang berbeda. Baik, Kasunanan Surakarta maupun Pura Mangkunegaran memiliki ciri khas masing-masing.


Ciri khas motif batik Mangkunegaran dapat dilihat dari coraknya yang kompleks dan rumit. Hal ini mencerminkan ketelitian dan kesabaran para pembatik dalam menciptakan karya seni yang penuh makna. Selain itu, batik Mangkunegaran identik dengan penggunaan warna-warna yang lebih cerah dan berani, seperti coklat sogan, kuning keemasan, hijau, dan biru. Perpaduan warna ini menghasilkan kesan yang lebih dinamis dan bersemangat.

buket-pakis-mangkunegaran.jpg

Beberapa hasil kreasi batik Mangkunegaran antara lain; Buketan Pakis, Sapanti Nata, Wahyu Tumurun, Parang Kesit Barong, Parang Sondhen, Parang Klithik Glebag Seruni, Liris Cemeng, dan Buketan Paris. Motif Buketan Paris dibuat oleh Nyai Tumenggung Mardusari. Motif batik Mangkunegaran memberikan kesan keluwesan jika dibandingkan dengan batik keratonan yang masih mempertahankan motif-motif pakem untuk pakaian keluarga kerajaan. Meskipun demikian, apabila di dalam Pura Mangkunegaran, motif batik parang masih menjadi motif batik larangan yang hanya boleh dipakai oleh keluarga inti Mangkunegaran.


Motif-motif baru berkembang dengan sangat dinamis. Perpaduan antara motif buketan dipadu dengan gaya-gaya pakem klasik serta pewarnaan sogan Jawa, menghasilkan karya-karya baru yang eksotik. Bahkan motif seperti Candi Luhur dan Grageh Waluh menjadi batik yang wajib dimiliki oleh seluruh kerabat Mangkunegaran.


Lainnya yang serupa