Gusti Nurul: Bunga dari Mangkunegaran
Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardhani atau yang akrab disapa dengan nama Gusti Nurul merupakan putri dari K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII dan permaisurinya Gusti Kanjeng Ratu (G.K.R.) Timur puteri dari Kasultanan Yogyakarta. Kelahirannya pada tanggal 17 September 1921 disambut dengan penuh suka cita oleh keluarga. Dalam rangka memperingati hari tersebut, dilakukan penanaman pohon beringin di Tirtayasa, Koesoemawardhani-plein atau yang sekarang menjadi Taman Ngesus Punggawan.
Gusti Nurul dibesarkan sebagai anak perempuan yang berpendidikan. Pada usia 6 tahun, Gusti Nurul disekolahkan di Taman Kanak-kanak Pamardi Siwi yang lokasinya tidak jauh dari Keraton Kasunanan Surakarta. Setahun kemudian, Gusti Nurul melanjutkan pendidikan di Europesche Lagere School (ELS) Pasar Legi. Di sana, beliau mulai bergaul dengan teman-teman berkebangsaan Belanda.
K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII juga memperkenalkan Gusti Nurul dengan berbagai kegiatan sejak usia dini. Misalnya berkuda yang merupakan kegemaran K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII sendiri dan berkesenian. Kegiatan-kegiatan tersebut kemudian berkembang menjadi kegemaran dan bakatnya.
Memasuki usia remaja, Gusti Nurul tumbuh menjadi gadis cantik yang memiliki banyak penggemar. Saat menempuh pendidikan di Middlebaar Uitgebreid Laager Onderwijs (MULO) hingga van Deventer School, beliau dibekali seorang pengawal oleh K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII untuk menjaganya. Hal tersebut dikarenakan banyaknya orang yang menunggu di depan sekolah untuk melihat Gusti Nurul secara langsung. Tak jarang, di antara mereka membawa kamera untuk memotret Gusti Nurul.
Popularitas Gusti Nurul merupakan sesuatu yang lumrah karena selain bangsawan, cantik, dan berpendidikan, beliau juga dikenal sebagai gadis multitalenta. Kegiatan yang disenangi Gusti Nurul antara lain menunggang kuda, memanah, membaca dan menulis puisi, menarikan tarian tradisional, dan berpose foto. Satu momen yang menjadi pembumbung nama Gusti Nurul adalah ketika beliau berkesempatan untuk menarikan Tari Sari Tunggal di hadapan Ratu Belanda beserta keluarga dan para pejabat dalam acara pernikahan Putri Juliana dan Pangeran Bernhard pada tanggal 6 Januari 1937 di Belanda. Saat itu, Gusti Nurul yang baru berusia 15 tahun didampingi oleh K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII dan G.K.R. Timur beserta rombongan.
Prestasinya yang gemilang membuat Gusti Nurul dewasa disukai oleh banyak laki-laki. Sebut saja Sri Sultan Hamengkubuwana IX, Ir. Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Gusti Pangeran Harya Djatikoesoemo. Di antara keempat orang tersebut, tak satupun menjadi pilihan Gusti Nurul. Alasannya hanya satu, yakni Gusti Nurul tidak mau dimadu. Pada tahun 1951, Gusti Nurul menikah dengan Raden Mas Soejarjo Soerjosoerarso yang merupakan cucu dari K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V.