14 Agustus 2024

Partini: Putri Sulung K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII

Partini: Putri Sulung K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII
B.R.Aj. Partini saat ulang tahun ke-18 berdasarkan kalender Jawa (Sumber: KITLV)

K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII lahir pada tahun 1885 dengan nama Raden Mas Suryo Suparto. Pada usia 17 tahun, beliau telah memiliki putri sulung yang diberi nama Bendara Raden Ajeng Partini (B.R.Aj.) Partini lahir di Surakarta pada tanggal 14 Agustus 1902 sebagai hasil perkawinan dengan selir bernama Mardewi.


Sejak dini, Partini sudah dikenalkan dengan banyak hal. Beliau dididik langsng oleh ayahnya untuk fasih berbahasa Belanda. Sekolah pertama yang menjadi tempat belajar Partini adalah Frobel School, yaitu sekolah setingkat taman kanak-kanak berbahasa pengantar Bahasa Belanda. Raden Mas Suryo Suparto mewajibkan anak-anaknya untuk belajar tidak hanya Bahasa Jawa tetapi juga bahasa asing dengan harapan anak-anaknya nanti dapat mempelajari lebih banyak hal dan memperluas relasi, tidak terkurung di dalam lingkungannya sendiri.


Lulus dari Frobel School, Partini melanjutkan pendidikannya di Europeesche Laegere School (ELS). Partini adalah gadis yang suka bergaul dan eksploratif. Di sekolah, ia memiliki banyak teman, salah satunya adalah Betsy Schrofer.


Di usianya yang masih belia dan ingin mencoba hal baru, Partini dihadapkan dengan perubahan yang cukup signifikan di dalam hidupnya lantaran ayahnya diangkat menjadi Prangwedono. Sebagai putri Prangwedodo, banyak hal baik yang didapatkan terutama fasilitas yang diberikan kepada Partini. Namun, Partini juga dibebani dengan peraturan dan tanggung jawab, seperti penjagaan yang ketat dan pelarangan melanjutkan sekolah ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Walaupun tidak melanjutkan pendidikan formal, Partini diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan kerumahtanggaan seperti membuat kue dan membatik.


Partini tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik dan mandiri. K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII tidak mau Partini bergaul atau sekedar berkenalan dengan sembarang lelaki. Seluruh kegiatan surat menyurat, baik dari luar untuk Partini maupun sebaliknya harus melewati K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII terlebih dahulu. Pada tanggal 9 Januari 1921, Partini menikah dengan Dr Husein Djajadiningrat. Setelah itu, Partini diboyong oleh suaminya ke Banten dan Batavia. Meskipun sudah dewasa dan menikah, Partini tetap menjadi putri sulung yang sangat disayangi oleh ayahnya hingga dibuatkan taman yang diberi nama Partini-tuin, atau yang sekarang dikenal sebagai Taman Balekambang.


Referensi:

Hilmiyah Darmawan Poncowolo. 1999. BRAy Partinah dalam Panembrama: Kumpulan Serpihan Sastra Jawa. Surakarta: Tanpa Penerbit.


Roshwita Pamoentjak Singgih. 1990. Partini: Recollections of a Mangkunegaran Princess. Jakarta: Djambatan.


Suwaji Bastomi. 1996. Karya Budaya KGPAA Mangkunegara I-VIII. Semarang: IKIP Semarang Press.


Dhian Lestari Hastuti, dkk. 2020. “Peran dan Kedudukan Perempuan Mangkunegaran dalam Sejarah Perkembangan Kebudayaan Jawa Masa Mangkunegara I-VIII. Seminar Nasional Seni, Teknologi, dan Masyarakat #5, Program Studi Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, Vol. 3 Tahun 2020.

Mutiah Amini. 2021. “Mendewasakan ‘Sang Putri’: Pola Asuh dalam Keluarga Mangkunegara VII”. Jurnal Patrawidya, Vol. 22, No. 3, Desember 2021.


Lainnya yang serupa