1 Agustus 2024

K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII

K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII
K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII bersama dengan G.K.R. Timur (Sumber: KITLV)

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (K.G.P.A.A.) Mangkoenagoro VII lahir di Surakarta pada tanggal 12 November 1885 dengan nama Raden Mas Soerjo Soeparto. Beliau adalah anak ketujuh atau putra ketiga dari K.G.P.A.A. Mangkoenagoro V. Ibunya merupakan Garwa Ampil bernama Bandoro Raden Purnamaningrum.


Sewaktu kecil, Raden Mas Soerjo Soeparto tidak diasuh secara langsung oleh orang tuanya. Beliau dididik oleh pamannya yaitu Raden Mas Suyitno, yang di kemudian hari menjadi K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VI. Raden Mas Suyitno yang juga dipanggil sebagai Rama Dalem membekali keponakannya pendidikan formal dan non-formal sejak dini. Pada usia enam tahun, beliau disekolahkan di Europeesche Lagere School (ELS), yaitu sekolah dasar yang berbahasa pengantar Bahasa Belanda. Di sisi lain, beliau juga dididik di dalam Pura Mangkunegaran mengenai Bahasa Jawa halus, dongeng dan tembang Jawa, etika, moral, dan lain sebagainya.


Selesai menempuh sekolah dasar, Raden Mas Soerjo Soeparto ingin melanjutkan pendidikan di Hogere Burger School (HBS) di Semarang. Namun, rencana tersebut tidak disetujui oleh Rama Dalem sebab dianggap tidak perlu. Sebagai gantinya, Rama Dalem mendatangkan guru kursus Bahasa Belanda untuk mendidik Raden Mas Soerjo Soeparto.


Tidak puas dengan pendidikan yang sudah diperoleh, Raden Mas Soerjo Soeparto memutuskan untuk melakukan pengembaraan dengan harapan mendapatkan pengalaman yang selama ini tidak didapatkan di lingkungan Pura Mangkunegaran. Pada usia 18 tahun, beliau melakukan perjalanan dari kota satu ke kota lainnya untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Pekerjaan yang pernah ditekuni misalnya menjadi juru tulis di Kabupaten Demak pada tahun 1905, penerjemah pribadi Residen Surakarta G. F. van Wijk, serta wartawan sekaligus penerjemah surat kabar Dharma Kandha.


Karirnya yang baik tidak membuat Raden Mas Soerjo Soeparto merasa cukup. Beliau justru semakin bersemangat untuk belajar lebih dalam lagi. Berbekal tabungan dari hasil kerjanya selama di Jawa, beliau terbang ke Belanda pada usia 28 tahun untuk mempelajari naskah kuno secara intensif di Universitas Leiden. Selama dua tahun di Belanda, beliau tidak hanya fokus belajar secara formal, tetapi juga membangun relasi dengan banyak orang dari berbagai kalangan dan belahan dunia yang mejadikannya berpengalaman.


Sepulang dari Belanda, Raden Mas Soerjo Soeparto diangkat menjadi Pengawas Pembantu Urusan Agraria di Surakarta. Selain itu, beliau juga aktif dalam berbagai organisasi. Misalnya dalam organisasi Boedi Oetomo, Raden Mas Soerjo Soeparto diangkat menjadi ketua menggantikan Dr. Radjiman Wedyodiningrat.


Pada tanggal 3 Maret 1916, Raden Mas Soerjo Soeparto dilantik menjadi Pangeran Adipati Arya Prabu Prangwadono. Gelar tersebut merupakan gelar yang diberikan kepada pengganti K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VI ketika belum menginjak usia 40 tahun. Saat itu, Raden Mas Soerjo Soeparto baru berumur 30 tahun.


Selama menjabat, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII melakukan banyak hal. Mulai dari meneruskan apa yang sudah dibangun oleh pemimpin sebelumnya maupun membuat program-program yang baru. Misalnya, perbaikan dan pembangunan infrastruktur, penyebaran budaya Jawa, pengadaan fasilitas kesehatan, mensosialisasikan kebiasaan berolahraga, dan lain sebagainya. Di bawah pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII Mangkunegaran mengalami banyak kemajuan, hingga disebut telah mengalami masa keemasan.


Lainnya yang serupa