Masjid Al Wustho Mangkunegaran
Masjid Al Wustho adalah masjid agung bagi Mangkunegaran. Masjid merupakan salah satu dari empat komponen penting dalam tata kota kerajaan Jawa khususnya Mataram Islam. Komponen yang lain adalah istana, alun-alun, dan pasar. Peletakan masjid selalu berada di sisi barat istana sebagai sisi spiritual.
Dulu, masjid Al Wustho disebut sebagai Masjid Mangkunegaran. Penggantian nama Al Wustho pada Masjid Mangkunegaran baru dilakukan pada tahun 1949 oleh Bapa Panghulu Pura Mangkunegaran Raden Tumenggung K.H. Imam Rosidi.
Masjid Mangkunegaran beserta tempat tinggal ulamanya semula berada di wilayah Pasar Legi. Itulah sebabnya kampung di sisi barat Pasar Legi disebut sebagai Kampung Kauman Pasar Legi. Masjid ini kemudian dipindahkan ke sisi barat pura berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain peletakan yang lebih strategis, tingkat keramaian di sekitar pasar, dan kapasitas masjid.
Masjid Mangkunegaran direnovasi menjadi lebih modern pada masa pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII (1916-1944) dengan melibatkan arsitek Belanda bernama Herman Thomas Karsten. Ia mendesain masjid dengan memadukan arsitektur Jawa, Arab, dan Eropa. Secara umum, bentuk masjid ini mirip dengan masjid-masjid Jawa lainnya, namun ada beberapa penambahan yang menjadi ciri khas dari Masjid Mangkunegaran seperti menara, gapura, kaca patri, dan gazebo yang disebut sebagai Bangsal Maligin.
Masjid Al Wustho masih digunakan sebagai tempat ibadah hingga saat ini. Masjid ini juga menjadi titik kumpul dalam beberapa kegiatan keagamaan seperti Takbiran Mangkunegaran, kajian sore, penyembelihan hewan kurban, dan lain sebagainya.