13 Agustus 2024

Ponten Mangkunegaran: Kamar Mandi Umum Peninggalan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII

Ponten Mangkunegaran: Kamar Mandi Umum Peninggalan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII
Ponten Mangkunegaran tampilan depan

Berawal dari isu kesehatan masyarakat, Ponten Mangkunegaran dibangun pada tahun 1936 di bawah pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII. Pada awal abad ke-20, berbagai jenis penyakit mewabah di Hindia Belanda, khususnya Jawa. Antara lain pes, malaria, diare, dan disentri. Penyebab utama dari ketiga penyakit tersebut adalah kebersihan lingkungan. Oleh karena itu, sebuah MCK (mandi cuci kakus) umum dibangun untuk mengatasi masalah air bersih di wilayah Ngebrusan yang lokasinya tidak jauh dari Pura Mangkunegaran.


Nama ponten sendiri berasal dari kata fontein yang dalam Bahasa Belanda berarti air mancur. Hal tersebut sesuai dengan cara kerja ponten yang mengalirkan air melalui lubang-lubang di berbagai sudut, tidak menggunakan gayung atau timba. Nama ponten juga dipakai oleh masyarakat karena bentuk bangunan ini bagus seperti air mancur, tidak seperti kamar mandi atau kakus pada umumnya.


Desain bangunan diserahkan kepada Thomas Karsten, arsitek ternama dari Belanda yang terkenal lekat dengan gaya arsitektur Indis. Ponten didesain tanpa atap untuk membuka akses udara dan sinar matahari, sehingga bagian dalam bangunan tidak lembab dan menjadi sarang penyakit. Bentuk bangunan Ponten Mangkunegaran memiliki kemiripan dengan Candi Pasiraman di Jatisrono, Wonogiri.


Pasca kemerdekaan, masyarakat di wilayah Ngebrusan mulai memiliki sumur dan kamar mandi pribadi di rumah masing-masing. Ponten kemudian secara perlahan ditinggalkan sehingga tidak terawat. Bangunan ini kemudian dipugar pada tahun 2007 oleh K.R.T.H Kistuboko. Ponten Mangkunegaran telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya pada tahun 2013.

Lainnya yang serupa