13 Agustus 2024

Ragam Hias Kumudawati di Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran

Ragam Hias Kumudawati di Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran
Ragam Hias Kumudawati di Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran (Sumber: Mangkunegaran)

Pada masa pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII, penambahan dan penyempurnaan bangunan terjadi di Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran, termasuk memberi ragam hias Kumudawati. Ragam hias ini terletak di tengah langit-langit Pendhapa Ageng yang berukuran besar sehingga membuat keindahannya dapat langsung terlihat oleh pengunjung ketika memasuki pendapa. Ragam hias Kumudawati tidak ditemukan pada pendapa-pendapa yang lain dan hanya dijumpai di Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran.


Kumudawati berasal dari dua kata, yaitu ‘kumuda’ dan ‘wati’. Kumuda memiliki arti teratai putih dan wati berarti alam semesta, dunia, rasha, cahaya, atau sinar. Secara keseluruhan, Kumudawati berarti teratai putih yang bersinar. Ragam hias Kumudawati hakikatnya bersumber dari koleksi ragam hias Jawa-Kuna yang berbentuk miniatur-miniatur dan terlukis pada daluwang-gendhong.


Pada ragam hias Kumudawati terdapat motif nyala api atau modhang yang bagi orang Jawa merupakan lambang kesucian, serta 12 lambang zodiak. Selain itu, terdapat warna-warna simbolis yang menempati bagian tengah ragam hias ini, yaitu kuning sebagai penolak rasa mengantuk, biru penolak penyakit, hitam penolak rasa lapar, hijau penolak rasa angkara murka, putih penolak rasa birahi, orange penolak rasa takut, merah penolak rasa marah, dan ungu sebagai penolak pikiran jahat.


Inspirasi pembuatan ragam hias Kumudawati sudah muncul sejak tahun 1910, namun ide tersebut baru direalisasikan pada tahun 1937 atas inisiatif K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII. Rancangan dilakukan oleh arsitek Thomas Karstens dan penggambarannya oleh Liem Tho Hien beserta rekan-rekannya, salah satunya J.A. Atmowirjoso. Pembuatan ragam hias Kumudawati di Pendhapa Ageng Pura Mangkunegaran selesai pada tanggal 11 Februari 1941.


Melalui ragam hias kumudawati, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII menegaskan bahwa meskipun mengenyam pendidikan tinggi dan hidup dalam dunia yang serba modern, namun beliau selalu menjunjung tinggi budaya Jawa. Dengan demikian, ragam hias Kumudawati berhubungan erat dengan pola pemikiran K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII yang berupaya menyetarakan antara budaya Eropa dan Jawa. Tujuannya untuk mendudukkan kembali budaya Jawa sebagai budaya adiluhung yang bersifat dinamis.


Lainnya yang serupa