11 Agustus 2024

Seni Pertunjukan di Mangkunegaran (Bagian I)

Seni Pertunjukan di Mangkunegaran (Bagian I)
Tari Bedhaya Anglir Mendung (Sumber: Mangkunegaran)

Mangkunegaran merupakan salah satu pusat pertumbuhan dan pengembangan kebudayaan Jawa. Sebagai penerus dinasti Mataram Islam, Mangkunegaran terus melestarikan berbagai karya seni yang telah diciptakan oleh para leluhur. Tidak hanya melestarikan, Mangkunegaran secara aktif menciptakan dan mengembangkan karya seni.


Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (K.G.P.A.A.) Mangkoenagoro I (1757-1795), memiliki keahlian dalam membunyikan gamelan Kyai Kanyut Mesem. Setiap hari kelahiran K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I yaitu pada Minggu Legi, akan diselenggarakan berbagai macam seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang ditampilkan antara lain seni tari, wayang kulit dan wayang orang. Sebagai seorang pujangga, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I telah membuat beberapa karya besar yang mengandung ajaran utama bagi kerabat, punggawa, dan abdi dalem.


Kecintaan pada bidang seni mendorong K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I untuk menghimpun dan membentuk kelompok-kelompok seniman seperti, seniman wayang, seniman tari, seniman pengrawit, seniman lawak, pandai besi (empu), dan kemasan (kriawan emas). Kesenian wayang orang merupakan salah satu buah karya K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I yang waktu penciptaannya bersamaan dengan Langendriyan. Pada awalnya pemain wayang orang hanya terdiri dari abdi dalem dan dipentaskan secara terbatas. Selain itu, pakaian penari juga masih sangat sederhana seperti pakaian yang dikenakan sehari-hari di lingkungan Pura Mangkunegaran. Bahkan kesenian wayang orang hanya dapat dinikmati oleh kerabat dan punggawa. Pertunjukan wayang kulit dan wayang orang bertujuan untuk menyampaikan ajaran-ajaran luhur, hiburan, dan apresiasi.


K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I juga membuat karya yaitu Palagan yang mengandung cerita pengalaman pertempuran K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I dan pasukannya untuk mempertahankan Mataram Islam dari VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Palagan kemudian digubah dalam bentuk tari Bedhaya Mataram Senopaten yang sekarang dikenal dengan nama Beksan Bedhaya Anglir Mendung yang ditarikan oleh tujuh orang penari perempuan.


Karya K.G.P.A.A. Mangkoenegara I berupa gamelan antara lain gamelan Kyai Udan Riris laras slendro, Kyai Udan Arum laras pelog, Kyai Kanyut laras slendro, Kyai Mesem laras pelog, gong Kyai Angun-angun, gamelan Kyai Pamedharsih (kodok-ngorek), gamelan Monggang Pakurmatan Kyai Segarawindu, gamelan Kyai Tambahoneng laras slendro, dan Kyai Galaganjur (bendhe perang).


K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I sangat memperhatikan seni meski dalam kondisi perang sekalipun. Dalam kondisi perang, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I menyempatkan untuk menggelar pertunjukan tari beserta iringan gendhing dan sindhen yang bertujuan memberi semangat dan hiburan kepada pasukannya. Pertunjukan yang digelar tidak hanya memberikan hiburan semata, namun juga memberikan semangat bertempur dan menambah keyakinan diri pada pasukan. Lebih dari itu, pertunjukan tersebut menunjukkan betapa tajam penglihatan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I, khususnya tentang manfaat kesenian dalam menghilangkan ketegangan sehingga secara tidak langsung kekuatan pasukan akan bertambah besar.


Perkembangan seni pertunjukan masa K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I menggambarkan betapa dinamisnya kehidupan seni di Mangkunegaran. Berbagai karya besar K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I menjadi dasar dari perkembangan kesenian selanjutnnya. Seni pertunjukkan mengandung berbagai ajaran bagi generasi berikutnya, tidak hanya terbatas pada kerabat dan abdi dalem, melainkan juga bagi masyarakat.


Lainnya yang serupa